Rabu, 03 Oktober 2007

Sosai Masutatsu Oyama

Sosai Masutatsu Oyama Pendiri Kyokushin Karate dilahirkan pada tanggal 12 Juli 1923 di Qa Ryong Ri, Yong Chi Myo’n, Chul Na Do, Korea Selatan. Dilahirkan dengan nama Young Li (Hyung Ye), tetapi setelah berimigrasi ke Jepang memaksanya untuk memakai nama Jepang. Dia memilih nama Oyama yang berarti “Gunung Agung”. Dalam usia yang relatif muda dia dikirim ke Manchuria Cina dan hidup di lahan pertanian milik saudara perempuannya. Saat itu dia mempunyai idola seorang petarung lokal yang biasa bertanding pada acara perayaan sehabis panen. Kemanapun petarung itu pergi untuk bertanding dia selalu mengikutinya. Hingga suatu saat setelah memenangkan pertandingan, petarung itu dengan sombongnya menantang semua orang yang ada di arena untuk maju bertarung. Bebarapa saat lamanya tidak ada yang berani maju untuk menghadapi petarung itu, sampai akhirnya majulah seorang lelaki tua kecil maju ke arena. Semua penonton mencemooh orang tersebut tak terkecuali petarung tersebut. Singkatnya terjadilah pertarungan sengit dan dimenangkan dengan singkat oleh orang tua tersebut. Belum habis rasa heran para penonton orang tua tersebut langsung menghilang di kerumunan. Siapakah orang tua itu ?. Ternyata dia adalah Mr. Yi, orang yang bekerja pada saudara perempuannya. Demi melihat idolanya jatuh tersungkur dalam pertarungan singkat oleh Mr. Yi maka dia merengek minta diajarkan cara bertarung oleh Mr. Yi. Semula Mr. Yi menolaknya dengan alasan dia masih terlalu muda bahkan masih anak-anak. Tetapi karena melihat keinginan yang kuat akhirnya Mr. Yi mengabulkannya. Mulailah dia belajar beladiri Shaku-riki (Kempo Cina) dengan keras setiap harinya, dan setelah 2 tahun mencapai tingkatan Dan I.

Pada umur 12 tahun dia kembali lagi ke Korea dan melanjutkannya dengan latihan beladiri Korea yang dikenal dengan nama Taiken atau Chabee. Beladiri Korea ini merupakan campuran dari Kempo, Kungfu, dan Jiu Jitsu. Latihan ini berlangsung hingga dia berumur 13 tahun. Kemudian dia pindah ke Tokyo Jepang untuk memasuki Sekolah Teknik Penerbangan agar bisa seperti Bismarck, idolanya saat itu. Dia kemudian memasuki Institut Penerbangan di Yamanashi. Bertahan hidup sendiri pada usia semuda itu membuktikan lebih sulit dari yang dia kira., terutama bagi pendatang Korea di Jepang. Selama mengikuti pendidikan dia mulai berlatih Tinju dan Judo. Suatu hari dia mendapat informasi mengenai Okinawa Karate. Dia tertarik dan mulai berlatih Karate di Dojo Universitas Takushoku Tokyo dibawah asuhan langsung Pelatih Gichin Funakoshi, yang sekarang dikenal dengan Shotokan Karate. Perkembangan latihannya mengalami kemajuan yang sangat mengesankan. Pada usia 17 tahun mencapai sabuk Dan II dan pada usia 20 tahun mencapai sabuk Dan IV. Di satu sisi dia juga serius berlatih Judo, namun dalam perkembangannya tidaklah terlalu menggembirakan. Kemudian dia berhenti berlatih Judo setelah berlatih kurang lebih selama 4 tahun dan mencapai sabuk Dan IV.

Pada saat itu tahun 1943 Perang Dunia II tengah berlangsung dan dia kemudian memasuki Akademi Militer Butokukai Kekaisaran Jepang yang mempunyai spesialisasi dalam perang gerilya, spionase, dan ketrampilan ilmu beladiri individu. Belum sempat dia ditugaskan Perang Dunia II telah berakhir dengan kekalahan Jepang pada, ini merupakan penghinaan bagi dirinya sehingga dia harus keluar dari Akademi Militer dan menjadi pengangguran. Dalam masa ini kehidupannya menjadi kacau. Julukan “Trouble Maker” atau biang kerok dari setiap perkelahian di Tokyo melekat pada dirinya. Hingga dia harus sering keluar masuk tahanan. Dia pun menjadi incaran Polisi Militer Tentara Sekutu yang menduduki Jepang akibat sering terlibat perkelahian dengan tentara Sekutu (AS). Pada saat itu dia melanjutkan latihan Karate dibawah asuhan Master So Nei Chu, seorang Korea yang tinggal di Jepang. Dimana Master So merupakan Ahli Goju Karate yang merupakan murid langsung dari Choyun Miyagi, pendiri Goju Karate. So Nei Chu memperbarui kondisi fisik dan jiwanya untuk dipersiapkan sebagai pemimpin Goju Karate di Jepang nantinya menggantikan Master Choyun Miyagi. Itulah mengapa Master So mendorong dia untuk menyepi, menempa kekuatan fisik, kemampuan teknik, dan jiwanya di pegunungan. Disertai oleh salah seorang murid Master So dia hidup menyepi dan terisolasi selama 6 bulan, tetapi murid tersebut tidak tahan dan diam-diam meninggalkannya. Hal itu malah membuatnya tambah giat berlatih sendiri untuk menjadi seorang Karateka terkuat di Jepang. Setelah 14 bulan Master So memberitahu bahwa dia tidak dapat lagi membantunya, sehingga memaksa Oyama turun gunung. Kemudian di tahun 1947 setelah turun gunung dia mencoba kemampuannya di Kejuaraan Seni Bela Diri Jepang Divisi Karate, dan dia memenangkannya.

Namun demikian dia merasakan kegalauan setelah kesepian selama 3 tahun, hingga akhirnya dia memutuskan untuk totalitas mengabdikan seluruh hidupnya pada Karate. Ini juga berangkat dari keprihatinannya melihat karate yang berkembang lebih mirip sebagi tarian. Untuk itu ia berobsesi ingin menjadikan Karate sebagai teknik seni beladiri murni. Dia kemudian memulai lagi meyepi di Pegunungan Kiyozumi di Chiba Prefecture (Distrik). Dia memilih tempat ini untuk meningkatkan semangatnya sebagaimana telah dilakukan oleh Master Zen, seorang Pendeta Budha dan tokoh Seni Beladiri. Dia berlatih 12 jam sehari setiap hari tanpa istirahat. Berdiri tegak di bawah hantaman air terjun pegunungan, memecahkan batu kali dengan tangannya, menggunakan pohon sebagai sasaran tinjunya, dan berlari melompati ranting-ranting pohon ratusan kali setiap hari. Setelah 18 bulan dia merasa cukup percaya diri dan dapat mengendalikan dirinya sepenuhnya dia memutuskan untuk kembali turun gunung.

Di tahun 1950 Sosai Oyama mulai menguji kekuatannya pada sapi di tempat penyembelihan sapi. Pada awalnya mengalami kegagalan sehingga menyebabkan sapi tersebut lepas dari ikatannya dan mengamuk memporak porandakan apa saja di tempat penyembelihan tersebut. Pemilik rumah penyembelihan tersebut tidak marah dan memaklumi kegagalan Masutatsu Oyama, karena dari awalnya ia tidak yakin Masutatsu Oyama bisa membunuh sapi dengan kepalan tangannya. Melihat kegagalan tersebut Masutatsu Oyama berlatih lagi dengan keras untuk meningkatkan kekuatannya, dan mencobanya lagi. Kali ini ia berhasil. Kemudian ia tercatat beberapa (52) kali malakukan demonstrasi bertarung dengan sapi. Beberapa di antaranya terbunuh dalam singkat dan beberapa di antaranya dipatahkan tanduknya. Namun demikian ia pernah cidera dan hampir terbunuh dalam demonstrasi di Mexico tahun 1957 pada usia 34 tahun yang mengakibatkannya harus dirawat dan istirahat selama 6 bulan untuk memulihkan kekuatannya kembali. Setelah apa yang dilakukan Masutatsu Oyama ini banyak mendapat kecaman dari kelompok penyayang binatang barulah ia menghentikannya.

Pada tahun 1952 Masutatsu Oyama melakukan tour ke Amerika Serikat untuk memperkenalkan dan mendemonstrasikan Karatenya. Dia berkeliling ke seluruh Amerika Serikat bertemu dan bertarung dengan banyak orang, dengan petinju, pegulat, karate, kungfu dan sebagainya. Kebanyakan dikalahkannya hanya dengan satu kali pukulan. Kebanyakan tidak lebih dari 3 detik, dan sangat jarang yang lebih dari 3 detik. Prinsip bertarungnya sangat sederhana, bila ia memukulmu maka kamu hancur. Bila kamu menangkis dengan tangan, maka tanganmu akan hancur. Bila kamu tidak menangkis maka badanmu yang akan hancur. Dia terkanal sebagai “Godhand” atau tangan Tuhan, sebuah manifestasi kehidupan Pahlawan Jepang masa lalu yang disebut “Ichi Geki”, “Hissatsu”, atau “Satu serangan, satu nyawa”. Baginya itulah hakekat sebenarnya dari Karate. Gerak langkah kaki, tipuan, dan teknik-teknik yang rumit adalah nomor berikutnya. Selama di Amerika Serikat dia bertemu dan akhirnya bersahabat dengan Jacques Sandulescu yang hingga sekarang masih berlatih dan menjabat sebagai Advisor pada International Karate Organization (IKO 1).

Pada tahun 1953 Masutatsu Oyama membuka Dojo pertama kalinya di Mejiro pinggiran Tokyo. Pada tahun 1956 membuka Dojo yang sebenarnya yang dipakainya bergantian dengan seorang pelatih Balet. Dojo tersebut terletak di samping Universitas Rikkyo, kurang lebih 500 meter dari Dojo Honbu (Pusat) sekarang. Pada tahun 1957 mempunyai anggota 700-an orang, namun demikian angka droup-outnya sangat tinggi karena latihannya sangat keras. Banyak ahli-ahli beladiri lain yang ikut berlatih di sini hanya untuk “Jis Sen Kumite” atau bertarung secara full body contact. Kenji Kato Salah satu pelatihnya mengatakan bahwa mereka melakukan penelitian dari banyak gaya beladiri dan mengambil banyak teknik untuk menjadikannya teknik berkelahi yang sebenarnya. Inilah yang menjadi perhatian Masutatsu Oyama. Dia mengambil teknik dari semua beladiri tidak terkecuali dari karate sendiri. Anggota Dojo Oyama mempelajari Kumite dengan serius, sebagai seni beladiri. Sehingga mereka berharap untuk dapat memukul dan dipukul. Dalam Dojo Oyama Kumite memakai sistem full body contact, dimana diperbolehkan memukul dan menendang sekeras-kerasnya sampai lawan terjatuh atau KO. Dengan beberapa larangan antara lain memukul kepala, leher, selangkangan (kemauan) , menangkap atau memegang (lebih 3 detik) dan membanting tidak diperbolehkan, menendang kepala diperbolehkan. Ronde dalam Kumite tidak terbatas dan terus berlangsung sampai salah satu kalah atau terjatuh KO. Itulah mengapa angka droup outnya sangat tinggi sekali, mencapai 90 %.

Pada tahun 1952 dalam sebuah demonstrasi di Hawaii Masutatsu Oyama bertemu dengan Bobby Lowe yang terpana akan kehebatan Masutatsu Oyama. Sebenarnya prestasi Bobby Lowe tidaklah jauh berbeda dengan Masutatsu Oyama. Ayahnya seorang pelatih Kungfu, dan pada umur 23 tahun sudah menyandang Dan IV Judo, Dan III Kempo, Dan I Aikido, dan juga sebagai petinju Kelas Welter. Itu tidak lama sebelum kemudian Bobby Lowe menjadi Kyokushin “Uchi deshi” atau “Live-in student “ atau “Murid mondok” pertama kali dengan Masutatsu Oyama. Dia berlatih setiap hari dengan Masutatsu Oyama selama satu setengah tahun. Akhirnya waktu “Uchi deshi” menjadi 1000 hari untuk pemula. Ini menjadikannya terkenal sebagai “Wakajishi” atau “Young Lions” atau “Singa Muda” dari Masutatsu Oyama. Hanya sedikit dari ratusan pelamar yang diterima sebagai “Kyokushin Uchi deshi”. Pada tahun 1957 Bobby Lowe kembali ke Hawaii dan membuka Dojo Oyama pertama kali di luar Jepang.
Permulaan Kyokushin, Dojo Pusat seluruh dunia (Honbu) resmi dibuka pada bulan Juni 1964, dan resmi memakai nama “Kyokushin” yang berarti “Puncak kebenaran/ segala-galanya”. Kemudian Kyokushin menyebar ke lebih dari 120 negara dengan anggota terdaftar lebih dari 12 juta (1998), dan menjadikannya organisasi seni beladiri terbesar di dunia. Beberapa pemegang sabuk hitam terkenal antara lain Aktor Sean Connery (Dan I Kehormatan), Aktor Dolph Lundgren (Dan III, Juara Kelas Berat), Presiden Nelson Mandela (Dan VIII Kehormatan), dan yang terakhir Perdana Menteri Australia John Howard (Dan V Kehormatan). Namun sayang sekali pada tanggal 26 April 1994 Masutatsu Oyama wafat karena menderita Kanker Paru-paru walaupun bukan perokok. Ketika masih dalam perawatan sebelum meninggal dan dalam kegalauan Masutatsu Oyama menunjuk Shihan Akiyoshi Matsui (Dan VIII) sebagai penggantinya untuk memimpin Organisasi.