Kecintaannya pada seni bela diri ini justeru mendorong Sugeng untuk terus mendedikasikan diri di dunia yang baginya penuh tantangan.
Banyak pengalaman yang diperolehnya selama menggeluti dunia yang satu ini. Bahkan, saat usianya baru 7 tahun Sugeng sudah tercatat sebagai murid di Indonesia Karate-Do (INKADO) Jombang. Karena kecerdasannya, waktu itu ia sudah sempat melatih beberapa Dojo di Jombang dan Kediri.
Kecintaannya pada ilmu bela diri pula yang kemudian membawanya melihat dunia luar. Ceritanya, dalam suatu turnamen pencak silat, Sugeng dapat menunjukkan kemampuannya bertarung menghadapi lawan dengan mata tertutup. Sejumlah media cetak kemudian memberitakan kehebatan anak muda ini. Salah satunya adalah majalah Liberty yang juga beredar di negeri jiran, Malaysia.
Berkat pemberitaan di majalah tersebut, Sugeng akhirnya bertemu dengan seseorang yang berwarga negara Malaysia yang ketika itu merintis Perguruan Pencak Silat Tenaga Dalam yang berpusat di Kuala Lumpur Malaysia.
Di penghujung 1996 Sugeng pulang ke Tanah Air, setelah menglanglang buana ke sejumlah negara, termasuk Cina dan Tibet, untuk memperdalam ilmu bela diri. Ia lalu membuka perguruan tenaga dalam di Jakarta. Banyak muridnya yang berasal dari kalangan anggota kepolisian dan TNI.
Waktu itu namanya sudah mulai dikenal luas. Namun, karena sadar bahwa untuk mencapai puncak dirinya harus melalui anak tangga dan terus menerus naik, maka ia pun menyusun rencana untuk mencapai puncak yang diinginkannya.
Walau hidupnya telah berubah menjadi seorang pengusaha sukses, kecintaan Sugeng pada seni bela diri tidak pernah pupus. Di tengah waktu luang, ia masih sering melanglang ke berbagai negara untuk mengenal bela diri yang ada di negara-negara tersebut. Sampai akhirnya ia berkunjung ke Jepang dan langsung jatuh cinta pada seni bela diri Kyokushinkaikan, perguruan karate terbesar di negeri Matahari Terbit.
Dengan percaya sepenuhnya bahwa setiap rencana yang telah disusun akan memberikan arah langkah yang pasti, H. Sugeng Pramono yang sebelumnya telah meraih Sabuk Hitam berupaya agar bisa membuka perguruan Kyokushin karate di Indonesia. Secara pribadi dirinya melihat aliran karate ini kurang berkembang di Tanah Air. Padahal, aliran ini sudah demikian terkenal dan tersebar di 125 negara, dengan lebih dari 12 juta anggota di seluruh dunia serta memiliki agenda turnamen tersendiri.
Berkat perjuangannya dan dukungan dari pihak Pengurus Daerah (PENGDA) DKI yang lama, Tanggal 23 Februari 2008 di Hotel Mulia Senayan, Jakarta. H. Sugeng Pramono dikukuhkan sebagai Branch Chief Indonesia yang baru oleh Kancho Shokei Matsui, selaku Presiden International Karate Organization (I.K.O.). Dengan pengukuhannya ini, ia bertekad akan mengembangkan Kyokushin di seluruh Tanah Air, disamping juga bertekad lebih memperkenalkan Indonesia lewat cabang olah raga ini. Dengan nama Perguruan Bela Diri Tangan Kosong I.K.O. Kyokushinkaikan Indonesia.
Dan setelah H. Sugeng Pramono menjadi Branch Chief, banyak warga Kyokushin Karate Indonesia menyatakan Deklarasi bergabung dengannya. Diantaranya Kyokushin PENGDA Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Daerah Istimewah Jogjakarta, Kalimantan Sumatera Utara dan terus berkembang dengan pesat.
Sugeng meyakini, bila seseorang memandang dirinya besar, maka dunia terlihat luas, dan kitapun bisa melakukan hal - hal penting dan berharga.“Tindakan anda adalah cermin bagaimana anda melihat dunia, sementara dunia anda tidak lebih luas dari pikiran anda tentang diri anda sendiri. Itulah mengapa kita diajarkan untuk berprasangka positif pada diri sendiri, agar kita bisa melihat dunia lebih indah, dan bertindak selaras dengan kebaikan - kebaikan yang ada dalam pikiran kita". tekad pria kalem ini.
Karena itulah, menurutnya, setiap orang perlu jujur melihat dirinya sendiri dengan apa adanya. Sebab, dengan kejujuran dunia pun akan menampakkan realitanya yang tersembunyi.
Ketekunan dan kesabaran jika digabungkan akan menjadi modal yang sangat besar untuk meraih sukses. Kenyataan inilah yang telah dibuktikan oleh H. Sugeng Pramono.